Profil

Bije Jari adalah sebuah idiom Bahasa Lombok (Sasak) yang berarti keluarga, saudara, family, handaitaulan. Bije Jari adalah Bahasa Sasak yang sudah usang dan jarang digunakan, Bahasa orang tua dulu, tetapi memiliki makna yang dalam. Dengan makna itulah visi misi Bije Jari dibentuk. Bije Jari tidak hanya untuk masyarakat NTB, tetapi Bije Jari adalah sebuah dedikasi untuk Indonesia tanpa harus melihat gender, suku, agama, ras dll, tetapi Bije Jari adalah rumah bagi setiap orang.

Bije Jari didirikan oleh 3 orang pemuda asli NTB, Dedi Soehardie RS (Founder), Indra Ferryantara Dharma Putra (Co-Founder) dan Tomi Jauhari (Co-Founder). Mereka memiliki visi yang sama yaitu pemberdayaan pemuda/i yang termarjinalkan dalam dunia kerja dan Pendidikan. 

Pariwisata NTB bak sebuah berlian hitam di timur matahari yang dibicarakan oleh ribuan orang bahkan jutaan orang diluaran sana, tetapi akan menjadi ironi ketika sumber daya alam  (SDA), namun disisi lain ada sisi yang termarjinalkan yaitu pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM). Di NTB banyak kampus-kampus besar yang focus pada konteks pariwisata dan banyak pula Lembaga pelatihan yang berusaha menjawab keadaan tersebut, tetapi Bije Jari melihat selama ini ada tiri didalam pekerjaan dan Pendidikan di kampus dan di Lembaga pelatihan. Kampus ataupun Lembaga pelatihan sebagian besar hanya menerima mereka yang minimal Pendidikan tamat SMA sederajat. Lantas pertanyaannya:

 

  • bagaimana dengan yang tidak tamat SMA, tidak tamat SMP atau bahkan hanya pernah duduk dibangku SD?
  • Bagaimana dengan mereka yang tidak punya biaya untuk lanjut kuliah?
  • Bagaimana dengan mereka yang orang tuanya hanya sebatas buruh migran?
  • Bagaimana dengan mereka yang korban broken home?
  • Bahkan bagaimana dengan mereka yang hanya seorang yatim piatu?
  • Apakah mereka sudah tidak ada peluang sama sekali untuk berkarya dan bekerja dibidang pariwisata di NTB?

 

Itulah beberapa latar belakang yang membuat kami bergerak untuk membangun Bije Jari. Kami ingin melatih dan memberikan mereka Pendidikan perhotelan agar bisa menjawab tantangan hari ini karena pada dasarnya hotel dan atau restaurant yang ada di NTB tidak mempertanyakan mereka tentang “what is your last education?” tetapi yang ditanya adalah “what you can do?” tantangannya bukan pada Pendidikan, tetapi pada skill sehingga kami menjawabnya dengan melatih hospitality skill nya dengan catatan minimal umur 17 tahun agar tidak menjadi human trafficking.